SELAMAT DATANG DIBLOG SAYA

Jangan Lupa Komentnya Agar Blog Ini Dapat Lebih Baik

Senin, 14 Mei 2012

Laporan kerapatan tumbuhan


MENGHITUNG KERAPATAN TUMBUHAN DIDAERAH BUKIT BENGKIRAI

A.  Tujuan
Agar mahasiswa dapat menghitung kerapatan tumbuhan didaerah bukit bangkirai dengan metode kuadran.

B.  Dasar Teori
Kata keanekaragaman memang untuk menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah. Sedangkan kata “Hayati” menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer.
Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Untuk memahami konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup pergilah Anda ke halaman sekolah. Amati lingkungan sekitarnya! Anda akan menjumpai bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Jika Anda perhatikan tumbuhan-tumbuhan itu, maka Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang berbatang tinggi, misalnya: palem, mangga, beringin, kelapa. Dan yang berbatang rendah, misalnya: cabe, tomat, melati, mawar dan lain-lainnya. Ada tumbuhan yang berbatang keras, dan berbatang lunak. Ada yang berdaun lebar, tetapi ada pula yang berdaun kecil, serta bunga yang berwarna-warni. Begitu pula Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kesamaan ciri seperti: tulang daun menyirip atau sejajar, sistem perakaran tunggang atau serabut, berbiji tertutup atau terbuka, mahkota bunga berkelipatan 3 atau 5 dan lain-lain.
         meynyeng.wordpress.com/2010/05/01/keanekaragaman-tumbuhan/
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan system budidaya suatau tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Hasil analisis statistika pengujian pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan populasi berpengaruh nyata sampai sangat nyata. Perlakuan pemupukan dan interaksi antara ketiganya berpengaruh tidak nyata.
Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya :


·         Air
alam tanah, air dapat merupakan lapisan yang membungkus permukaan butiran-butiran tanah. Pada tanah dengan tekstur halus akan terdapat banyak agregat yang permukaannya memiliki lapisan air tetapi lebih banyak lagi bahan-bahan koloidal akibatnya tanah demikian banyak mengandung air. Air mempunyai beberapa fungsi :
a. Daya pelarut unsur-unsur yang diambil oleh tanaman.
b. Mempertinggi reaktivitas persenyawaan yang sederhana/kompleks.
c. Berperan dalam proses fotosintesis.
d. Penyangga tekanan di dalam sel yang penting dalam aktivitas sel tersebut.
e. Mengabsorbsi temperatur dengan baik/mengatur temperatur di dalam tanaman.
f. Menciptakan situasi temperatur yang konstan.
Air di dalam tanah dalam keadaan seimbang dengan di dalam tanaman. Masuk dan keluarnya air dari dalam tubuh tanaman ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologis.
Kelembaban di dalam udara
          Uap air yang dikandung di udara dikenal sebagai lembab relatif udara. Lembab relatif udara ini menyatakan persentase udara dibanding dengan kelembaban maksimum uap air yang dikandung udara tersebut pada temperatur yang bersangkutan. Sehingga udara yang panas dapat mengandung uap air lebih besar daripada udara dingin. Lembab relatif ini selalu bervariasi tiap hari yaitu rendah pada siang hari dan tinggi pada malam hari. Di daerah-daerah hutan titik terendah yang dicapai sebesar 80% sedang di gurun-gurun pasir titik terendah dari lembab relatifnya akan mencapai 10%. 

·         Nutrisi
Bahan organik dalam tanah merupakan kerangka tubuh tanah sehingga sangat menentukan sifat-sifat fisis dan kimia tanah. Penambahan humus ke dalam tanah berarti menambah bahan organik dalam tanah dan akan merubah keadaan tanah dengan cepat. 
  • Cahaya
Cahaya dalam sehari-hari adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang antara  400 – 750 mu. Cahaya dengan panjang gelombang di atas disebut sebagai visible light/visible spectrum. Di luar ini terdapat infra red dan ultra violet. Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu ber-cahaya.  
http://mymathematicalromance.wordpress.com/2007/12/07/
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures).

Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi.
         Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.
Metode dengan Petak
1.1. Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak­petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah dikemukakan di Bab terdahulu.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat.
Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
 (a). Petak Tunggal
Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva spesies-area. Untuk lebih jelasnya suatu contoh petak tunggal dapat dilihat pada
Gambar  4.

meynyeng.wordpress.com/2010/05/01/keanekaragaman-tumbuhan/
C.  Alat dan Bahan
a.       Alat tulis
b.      Tali rapia
c.       Gunting
d.      Patok ( kayu )

D.  Prosedur kerja
1.      Ditentukan lokasi yang akan dibuat untuk praktikum.
2.      Disiapkan tali rapia, gunting, dan patok.
3.      Dipotong tali rapia sepanjang 10 meter. Sebanyak 4 buah.
4.      Dibuat plot 10 X 10, untuk menentukan daerah yang dipakai untuk menentukan kerapatan.
5.      Yang terakhir ditulis jenis dan jumlah tumbuhan yang ada didalam plot tersebut.




E.   Hasil Pengamatan

NO
Nama Tumbuhan
Nama Latin
Jumlah
1
Gaharu
(Aquilaria malaccensis)
3 pohon
2
Kruing
(Dipterocarpus cornutus)
4 pohon
3
Bengkirai
(Shorea laevis)
5 pohon
4
Mara
(Macharangan)
2 pohon
5
Lontar
(Borrasus flabellifer)
7 pohon
6
Mangga
(Mangifera indica)
1 pohon
7
Durian
(Durio graveolens).
1 pohon
8
Kayu Giam
(Cotylelobium)
2 pohon




F.   Pembahasan
Pada praktikum ekologi tumbuhan ini dilakukan dibukit bangkirai. Gunanya untuk mengetahui keanekaragaman dan kerapatan tumbuhan tingkat tinggi dalam satu wilayah. Kerapatan yaitu Kepadatan tanaman mempunyai hubungan erat dengan hasil tanaman. Kepadatan tanaman dapat diartikan sebagai jumlah tanaman yang terdapat dalam satuan luas lahan. Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat menentukanpertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman ini, jika kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karenadapat menghambat perkembangan vegetatif dan menurunkan hasil panen akibatmenurunnya laju fotosintesis dan perkembangan daun.
Didaerah bukit bangkirai atau didaerah pengamatan ditemukan berbagai jenis pohon dan tumbuhan lain. Yang menjadi kategori paling banyak, mendiami kawasan tersebut yaitu pohon.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode kuadran, Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh  (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling (anakan/semai).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.  Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.
 Dengan membuat plot/petak yang berukuran 10 X 10 meter. Kegunaan plot tersebut untuk menentukan kerapatan tumbuhan yang ada pada wilayah tersebut, tumbuhan yang dihitung dalam kerapatan yaitu tumbuhan yang ada dalam plot tersebut.
Tumbuhan yang didapat didalam plot tersebut berjumlah 25 tumbuhan dan masing-masing tumbuhan tersebut yaitu 3 pohon gaharu (Aquilaria malaccensis), 4 pohon kruing (Dipterocarpus cornutus), 5 pohon bengkirai (Shorea laevis). 2 pohon mara (Macharangan), 2 kayu giam (Cotylelobium), 7 pohon lontar (Borrasus flabellifer), 1 mangga (Mangifera indica), 1 durian (Durio graveolens).
.


G.  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kerapatan yaitu Kepadatan tanaman mempunyai hubungan erat dengan hasil tanaman.
2.      Tumbuhan yang didapat didalam plot tersebut berjumlah 25 tumbuhan dan masing-masing tumbuhan tersebut yaitu 3 pohon gaharu (Aquilaria malaccensis), 4 pohon kruing (Dipterocarpus cornutus), 5 pohon bengkirai (Shorea laevis). 2 pohon mara (Macharangan), 2 kayu giam (Cotylelobium), 7 pohon lontar (Borrasus flabellifer), 1 mangga (Mangifera indica), 1 durian (Durio graveolens).






DAFTAR PUSTAKA

 Anonymous.2007.Prinsip Ekologi Hutan.
Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.
meynyeng.wordpress.com/2010/05/01/keanekaragaman-tumbuhan/

1 komentar: