BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Penelitian
menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata
"sel" itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti
"kotak-kotak kosong", setelah ia mengamati sayatan gabus dengan
mikroskop. Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang
dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes
Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu
Sitoplasma dan Nukleoplasma. Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel)
adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow
mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula). Sel
berasal dari bahasa latin, yaitu cellulae yang artinya ruang kecil.sel merupakan
struktur fungsional terkecil dari mahkluk hidup yang memiliki kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidupnya, seperti bergerak, tumbuh dan berkembang serta
melakukan reproduksi baik secara mitosis maupun meiosis. Pada tahun 1938
dua orang ilmuwan berkebangsaan jerman bernama Theodor Schwan (ahli zoology)
dan Methias Schleiden tertarik untuk mempelajari persamaan stuktur tumbuhan dan
hewan yang mereka amati.mereka berpendapat bahwa seluruh makhluk hidup terdiri
atas sel.
Mikrotubulus
merupakan organel sel berbentuk silinder yang banyak ditemukan pada sel
hewan.Mikrotubulus berperan dalam proses reprosuksi sel. Struktur mikrofilamen
tersusun senyawa protein yang disebut aktin.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a.
Bagaimna struktuk dari mikrotubulus?
b.
Apa saja macam-macam mikrofilamen
berdasarkan ukurannya?
c.
Apakah fungsi dari mikrotubulus?
d.
Apa fungsi dari mikrofilamen
C.
TUJUAN
Tujuan
pembuatan makalah adalah sebagai berikut :
a.
Untuk memahami struktur dari
mikrotubulus.
b.
Untuk memahami macam-macam mikrofilamen.
c.
Untuk memahami fungsi dari mikrotubulus.
d.
Untuk memahami fungsi dari mikrofilamen.
BAB II
ISI
Mikrotubulus dan
mikrofilamen terkandung banyak dalam sel, membentuk jalinan pada berbagai
lapisan sitoplasma. Mikrotubulus berbentuk pipa, berongga, diameter 25 nm.
Mikrofilamen bentuk benang halus, masif (tidak berongga), berdiameter 6-10 nm.
Keduanya membina rangka sel. Mikrotubul dalam silia dan flagela, sel saraf, dan
gelendong pembelahan (spindel), semua mempunyai ultrastruktur yang sama. Setiap
sistem pergerakan pada berbagai jaringan dan alat memiliki banyak mikrotubulus
dan mikrofilamen. Pada tempat dimana terjadi endocytosis atau exocytosis,
mikrofilamen melingkar bagian puncak plasmalema, membentuk gentingan, lalu
putus, sehingga tercipta gelembung atau vesikula berisi bahan yang “ditelan”
atau “dimuntahkan” sel itu. Pada waktu mitosis dan meisosis, pun terjadi cincin
mikrotubul dan mikrofilamen didaerah ekuator, membuat plasmalemma jadi genting,
putus, sehingga terjadi membran yang terpisah untuk setiap sel anak.
A. Mikrotubulus
Dibina
atas 6-12 makromolekul protein yang disebut tubulin.
Tubulin tersusun secara lilitan (spiral), masing-masing dihubungkan oleh jembatan intermikrotubuler.
Mikrotubul
tidak berkerut ( kontraksi ). Suatu jaringan bergerak karena menggelincirnya
mikrotubul satu sama lain, persis seperti merkanisme gerakan sel otot karena
penggelinciran serat-serat otot itu sendiri sesamanya yang mengakibatkan sel
itu secara keseluruhan berkerut ( memendek ) atau kendur ( kembali memanjang
seperti semula ).
Inoue
dan salto (1967) berpendapat pula, bahwa mikrotubul secara keseluruhan dapat
memendek tanpa mengubah diameternya. Pemendekan terjadi dengan cara melepaskan
tubulin pada bagian kutub. Setiiap tubulin yang lepas akan menarik tubulin
tetangga, sehingga semua berubah dari fase gel (kental) kefase sol (encer).
Tubulin yanng mngencer dipakai kembali untuk membentuk mikrotubul baru. Berapa
zat alkaloid, seperti kolkhisin, menghalangi pembentukan itu.
Mikritubul
berperan untuk alur transport vesikula atau vakuola, terutama dari RE ke AG,
kemudian ke bagian puncak sel. Untuk bergabungnya lisosom primer dengan
fagosom, pergerakannnya berlangsung lewat alur mikrotubul. Tubuli-tubulin akan
membuat mikrotubul berpusing jika terbentuk suatu tenaga di dalam. Mikrotubul
bergerak berpusing, karena susunan tubulininya yang berpilin. gerakan inilah
yang membuat flagella yang berangkakan mirotubul membuat gerakan rotasi sampai
40x per detik. Mirotubul dalam sel saraf pun berotasi untuk mengalirkan impuls
rangsangan. Rotasi mikrotubul dapat pula menimbulkan gerakan cairan atau zat
dalam medium. Mekanismenya tak ubahnya seperti pompa Archimedes yang digunakan
oleh petani zaman dulu dari eropa. Untuk vesikula atau vakuola, jika mirotubul
berotasi ia akan maju ke depan atau menggelinding. Mikrotubulus berperan dalam
reproduksi sel, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel, mengarahkan gerakan
komponen-komponen sel, serta membantu pembelahan sel secara mitosis dan sebagai
"rangka sel". Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan
Sentriol, Flagela dan Silia.
Mikrotubulus
berfungsi sebagai :
1. Rangka
sel
2. Dalam
sel saraf membentuk berkas dengan arah tertentu dan berfungsi sebagai alat
transportasi partikel dan makromolekul.
3. Mempunyai
hubungan dengan fungsi gerakan sel baik gerakan silia maupun flagel
4. Mempunyai
fungsi penting dalam proses pembelahan sel secara mitosis dan reproduksi sel
5. Mempertahankan
bentuk sel
6. Mengarahkan
gerakan komponen-komponen sel
7. Berperan
dalam pembentukan sentriol, flagela dan silia
B. Mikrofilamen
Ada
3 macam menurut besarnya :
1. filamen
aktin
2. filamen
sedang
3. filamen
miosin
filamen aktin diameter
6 nm, banyak terdapat pada otot polos dan sel-sel yang memiliki tonjolan gerak. Filamen sedang diameter 7 – 10 nm,
banyak terdapat pada desmosom dan sel saraf. Pada sel saraf disebut
neurofilamen. Filamen miosin diameter
> 10 nm, banyak terdapat pada otot lurik dan sel-sel yang memiliki tonjolan
gerak. Ketiga macam mikrofilamen itu membina rangka sel (sitoskelet), dan
bersama mikrotubul berperan penting untuk segala hal yang menyangkut gerakan
atau pergerakan.
Amoeba, yang bergerak dengan pseudopoidia, juga
karena adanya mikrofilamen dalam sitoplasma. Amoeba memiliki 2 macam filamen.
Keduanya membuat sitoplasma tampak di bawah mikroskop, mengalir ke Pseudopodia
ketika bergerak.
Pollard (1976) membagi protein sitoplasma yang
kontraktil (dapat berkerut) atas 3 golongan : 1) protein pembangkit tenaga, 2)
protein pengontrol, 3) protein struktur.
Protein
pembangkit tenaga terdiri dari aktin dan miosin. Protein pengontrol terdiri dari tropomiosin, tropodin-C, kofaktor
dan kinase. Protein struktur terdiri
dari spektrin, protein pengikat aktin, alfa-aktinin, dan beta-aktinin.
Semua sel eukaryota mengandung aktin dan miosin.
Miosin dalam kadar rendah, aktin dalam kadar tinggi. Aktin menangani masalah
pergerakan sel, (bersama miosin) serta membina rangka sel yang pertama. Suatu
sel dapat kontraktif jika aktin dan miosin berinteraksi, dan ini oleh kehadiran
zat lain yang disebut di atas, plus ion Ca.
Protein kelompok dua berperan untuk mengatur
interaksi aktin-miosin. Sedangkan protein kelompok tiga berperan dalam masalah
struktur sel. Protein pengikat aktin membuat rantai silang dengan aktin,
sehingga terbentuk jalinan, mengakibatkan terbentuknya suasana yang stabil
dalam sel. Spektrin dikira mengakibatkan aktin ke membran sel, terutama ke
junctional complex (desmosom). Alfa-aktinin terdapat dalam garis Z serat otot,
sedangkan pada sel bukan-otot ia membantu interaksi membran-filamen.
Alfa-aktinin terdapat pada ujung mikrovili jonjot usus halus. Beta-aktinin
penyebab fragmentasi protein kontraktif. Aktin dan miosin sel bukan-otot sama
sifatnya dengan aktin dan miosin yang membina serat otot sendiri
Semua
miosin memiliki dua sifat :
1. berikatan
dengan aktin secara reversibel (dapat kembali terurai)
2. sebagai
katalisator hidrolisa ATP : untuk ini perlu kehadiran aktin.
Miosin adalah bipolar, memiliki dua kepala yang
bundar dan satu ekor yang panjang. Kepala mengandung tempat melekat aktin
(actin-binding site) dan tempat enzim ATPase. Ekor perlu untuk membentuk
filamen. Jala mikrofilamen dalam sitoplasma terdiri dari aktin. Jala ini suatu
ketika dapat lepas-lepas jadi filamen, jika terjadi reaksi dengan beta-aktinin,
seperti jika sel berkerut (bergerak).
Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel dan peroksisom
(Badan Mikro). Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan
banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel
hati).
Filamen intermediet dinamai berdasarkan diameternya,
yang besarnya 8-12 nm. Filamen intermediet terspesialisasi untuk menahan
tarikan (seperti mikrotubula), dan merupakan kelas unsur sitoskeleton yang
beragam. Setiap jenis disusun dari sub unit molekuler berbeda dari keluarga
protein yang beragam yang disebut keratin. Filamen intermediet adalah peralatan
sel yang lebih permanen daripada mikrofilamen dan mikrotubula. Filamen
intermediet sangat penting dalam memperkuat bentuk sel dan menetapkan posisi
organel tertentu. Misalnya, nukleus yang umumnya terdapat dalam suatu tempat
yang terbuat dari filamen intermediet, tetap berada di tempat karena adanya
cabang-cabang filamen yang membentang ke dalam sitoplasma. Bentuk keseluruhan
sel dikorelasikan dengan fungsi, filamen intermediet mendukung bentuk sel.
Misalnya, ukuran yang panjang (akson) dari sel saraf yang menghantarkan impuls
diperkuat oleh satu filamen intermediet. Sehingga filamen intermediet berfungsi
sebagai kerangka keseluruhan sitoskeleton.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Mikrotubulus
tersusun atas 6-12 makromolekul protein yang disebut tubulin. Tubulin tersusun secara lilitan (spiral), masing-masing
dihubungkan oleh jembatan
intermikrotubuler.
2. Ada
3 macam menurut besarnya, yaitu filamen aktin, filamen sedang, dan filamen
miosin.
3. Mikrotubulus
berfungsi sebagai :
Ø Rangka
sel
Ø Dalam
sel saraf membentuk berkas dengan arah tertentu dan berfungsi sebagai alat
transportasi partikel dan makromolekul.
Ø Mempunyai
hubungan dengan fungsi gerakan sel baik gerakan silia maupun flagel
Ø Mempunyai
fungsi penting dalam proses pembelahan sel secara mitosis dan reproduksi sel
Ø Mempertahankan
bentuk sel
Ø Mengarahkan
gerakan komponen-komponen sel
Ø Berperan
dalam pembentukan sentriol, flagela dan silia
4. Mikrofilamen
berperan dalam pergerakan sel dan peroksisom (Badan Mikro). Organel ini
senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim
oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
DAFTAR PUSTAKA
Juwono,
dkk., 2000. Biologi Sel. Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta
Subowo,
1995. Biologi Sel. Angkasa ; Bandung
Yatim,
Wildan, 1987. Biologi Modern. Tarsito
; Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar